Segala puji milik ALLAH azza wa jalla,yang dengan ke maha
agunganNYA telah memberikan anugrah berupa ketaqwaan dan ketundukan.dan IA
pulalah yang menetapkan jalan-jalan bagi siapa saja yang mau mengambil
pelajaran untuk mengharapkan ke ridhoanNYA,serta kembali kepadaNYA dengan
ampunan,rahmat,serta surgaNYA.
Zuhud adalah merupakan satu jalan dimana seseorang bisa
mencapai ketinggian derajat di sisiNYA.karena dalam sikap zuhud ini terkumpul
berbagai sifat yang terpuji,baik yang di kehendaki olehnYA,maupun oleh makhluk
hidup.namun perlu di ketahui bahwasanya sikap zuhud ini pun perlu kiranya di
pelajari dan di pahami melalui kacamata ilmu yang benar.karena jika tidak maka
hanya menimbulkan kesia-siaan belaka,berujung kepada penyesalan dan
kehinaan.karena ALLAH s.w.t telah memberikan jalan dan petunjukNYA melalui
kalamNYA(al-qur’an)dan sunnah rasunNYA Muhammad s.a.w.karena beliau s.a.w lah
yang paling zuhud,wara dan sempurna imannya.beliau sa.w. bersabda:”sesungguhnya
ulama adalah para pewaris para nabi.sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham.tetapi
mereka mewariskan ilmu.dan barang siapa yang meraihnya,maka ia akan mendapatkan
keberuntungan yang besar.”(Thirmidzi-Abu Daud.dari shahabat Abu Darda
r.a).
BARANG SIAPA YANG DI
JAUHKAN DARI NERAKA DAN DI MASUKKAN KE DALAM SURGA SUNGGUH DIA MEMPEROLEH
KEMENANGAN. KEHIDUPAN DUNIA INI HANYALAH SESUATU YANG MEMPERDAYA.(Q.S.Ali-Imran 185.)
JIKA DUNIA ITU BERNILAI
DI SISI ALLAH SENILAI SAYAP NYAMUK,NISCAYA DIA TIDAK AKAN MEMBERI MINUM KEPADA
ORANG KAFIR,MESKI SETEGUK AIR DI DUNiA.”(Thirmidzi/dari shahabat Sahl bin
As-Saidiyr r.a).)
Zuhud terambil dari bahasa arab:zahuda-yazhudu-zuhdaan yang berarti
meninggalkan/tiada keinginan(kepada sesuatu).dan dalam hal ini rasulullah s.a.w
bersabda,dari shahabat Abi’Abbas Sahl ibnu Sa’id As-Sa’adi r.a ia berkata:”ya
rasulullah ajarkan aku sesuatu amalan yang jika aku mengamalkannya maka ALLAH
mencintaiku dan juga manusia?”zuhudlah di dunia,niscaya ALLAH akan mencintaimu.zuhudlah
kepada apa-apa yang ada pada manusia,niscaya manusia akan mencintaimu.”
(Ibnu Majjah/hadits hasan).dan sabda beliau sa..w lainnya:”jadilah kamu seperti yang asing
atau musafir di muka bumi ini/berkata
ibnu umar;’jika pada waktu pagi janganlah menunggu datang waktu sore.dan jika
pasa waktu sore janganlah menunggu waktu pagi[untuk menunda-nunda
sesuatu,penulis] ”.(Bukhari.dari shahabat Ibnu Umar r.a).namun perlu di
ketahui bahwasanya dalam kata ataupun perbuatan dan sifat zuhud ini terdapat
jera-jerat syaithan dan hawa nafsu yang memperdayakan,sehingga dalam
pelaksanaan di kehidupan akan mengakibatkan kerancuan dan kesalah
pahaman.sebagaimana yang di sebutkan dalam hadits tentang 3 orang yang bertanya
tentang amalan rasulullha s.a.w, Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. : tiga
orang laki-laki berkunjung ke rumah istri-istri Nabi Saw menanyakan bagaimana
(kualitas) Nabi Saw beribadah kepada Allah. ketika mereka diberitahu perihal
itu, mereka merasa ibadah yang selama ini mereka lakukan sangat tidak memadai
dan berkata, "begitu jauhnya kita dari Nabi Saw yang dosa masa lampau dan
masa depannya telah diampuni Allah". lalu salah seorang dari mereka
berkata, "aku akan mengerjakan shalat sepanjang malam". yang lain berkata,
"aku akan berpuasa sepanjang tahun". dan yang lainnya lagi berkata,
"aku tidak akan menikah seumur hidupku".Rasulullah Saw menemui mereka dan berkata, "apakah kalian orang-orang yang berkata ini dan itu? demi Allah, aku lebih tunduk dan takut kepada Allah daripada kalian. tetapi aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan menikahi perempuan. maka barang siapa yang membenci sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku".(Bukhari).dari hadits di atas di ketahui bahwasanya menapaki jalan zuhud tidaklah di dapat dengan penyiksaan diri,ataupun pemaksaan dan memberatkan diri untuk selalu beribadah,sehingga hak atas tubuh terlebih orang lain(istri,anak dan keluarga) terabaikan dan terdzalimi.sebagaimana yang di sabdakan rasulullah s.a.w dalam hadits Abu Juhaifah r.a yang menyatakan:”Nabi s..w. mempersaudarakan antara Salman dan Abud Darda’. Suatu ketika Salman berziarah ke rumah Abud Darda’, ia melihat Ummud Darda’ –istri Abud Darda’-, memakai pakaian yang telah lusuh/usang. Maka Salman berkata kepadanya: “Ada apa denganmu?” Ummud Darda’ menjawab: “Saudaramu Abud Darda’ tidak berhajat dengan apa yang ada di dunia ini.”
Datanglah Abud Darda’, lalu dibuatkan makanan untuknya.
Salman berkata pada Abud Darda’: “Makanlah.”
“Aku sedang puasa,” jawab Abud Darda’ .
“Aku tidak akan makan makanan ini sampai engkau mau makan,” sergah Salman.
Pada akhirnya Abud Darda’ membatalkan puasanya lalu menyantap hidangan yang telah disiapkan bersama Salman. Malam itu Salman menginap di kediaman Abud Darda’. Ketika Abud Darda’ hendak bangkit untuk shalat (di awal) malam, Salman mencegahnya: “Tidurlah dulu,” katanya.
Abud Darda’ pun tidur, namun tak berapa lama ia bangkit lagi untuk mengerjakan shalat. Kembali Salman mencegahnya: “Tidurlah kembali,” ucapnya.
Ketika datang akhir malam, Salman berkata membangunkan Abud Darda’: “Bangunlah sekarang”. Keduanya lalu menunaikan shalat malam. Setelahnya Salman menasihati saudaranya: “Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak terhadapmu. Jiwamu pun punya hak terhadapmu sebagaimana istrimu memiliki hak terhadapmu, maka tunaikanlah hak dari setiap yang memiliki hak.”
Abud Darda’ mendatangi Nabi s.a.w lalu menceritakan hal tersebut kepada beliau, maka Nabi s.a.w. menanggapinya dengan ucapan beliau: “Benar apa yang dikatakan Salman tersebut.”(Bukhari)
Dalam warna lainnya perihal zuhud ini juga haruslah di
ketahui bahwasanya didalamnya terdapat kaidah-kaidah ataupun aturan tidak
mentelantarkan hak orang lain(keluarga,anak,istri)dengan tidak mencari nafkah
bagi mereka.dan serta menghalalkan apa yang di haramkan oleh ALLAH azza wa
jalla dan rasulNYA s.a.w.sebagaimana yang di sabdakan rasulullah s.a.w,dalam
sabda yang panjang :”......kemudian di sebutkan seorang yang berada
dalam perjalanan yang jauh,yang rambutnya kusut masai.kemudian ia berdoa dan
mengangkat tangannya;’ya..rabb,ya rabb,sementara makanannya dari yang
haram,minumannya dari yang haram,pakaiannya dari yang haram.dan di puaskan dari
sesuatu yang haram.maka bagaimanakah doanya akan terkabul?:”(Muslim/dari
shahabat Abu Hurairah r.a).di sini ada pengecualian terhadap mereka orang-orang
yang terikat kepada jihad di jalan ALLAH azza wa jalla.seperti para
mubaligh,mujahid dll.karena mereka tidak dapat ataupun tidak sempat untuk
mencari nafkah.sebagaimana yang IA s.w.t firmankan:” :”(apa yang kamu infakkan)adalah untuk orang-orang fakir yang
terhalang(usahanya karena jihad)di jalan ALLAH.sehingga dia tidak dapat
berusaha di bumi.(orang lain) yang tidak tahu menyangka bahwa mereka
adalah orang-orang kaya,karena mereka
menjaga diri (dari meminta-minta).engkau(muhammad)mengenal mereka dari ciri-cirinya,mereka
tidak meminta secara paksa kepada orang lain.apapun harta yang baik kamu
infakkan,sungguh ALLAH maha mengetahui.”(Q.S .Al-Baqaroh 273).Dalam perihal
ini kita bisa melihat dan berkaca diri dari kehidupan rasulullah s.a.w yang
memang hanya mengabdi kepada ALLAH azza wa jalla.sampai ketika beliau menjelang
wafat,di rumah beliau hanya tersisa tikar yang lusuh juga menahan diri dari
lapar.sebagai mana yang di riwayatkan Aisyah R.A., bahwasanya ketika Rasulullah
S.A.W. meninggal dunia, tidak ada sesuatu didalam rumahnya yang dimakannya
kecuali sejumput gandum yang ditinggalkan untukku.”.(Bukhari).dan dalam
riwayat lainnya oleh Hafsah R.A., ia berkata, bahwasanya kasur
Rasulullah S.A.W. dirumahnya terbuat dari tikar dilapisi dua kain, pada suatu
malam aku lapisi dengan empat kain, maka ketiga pagi hari, Rasulullah S.A.W.,
berkata : ” Apa yang kamu lakukan pada kasurku semalam “, maka aku ceritakan.
Lalu Rasulullah S.A.W. berkata : ” kembalikanlah seperti semula karena
sesungguhnya hal tersebut telah memperlambat shalat malamku “. Terkadang
Rasulullah S.A.W. tidur diatas tikar tanpa alas sehinggga berbekas dikulitnya.”dalam
hal ini juga hahabat ‘Umar bin khathab r.a berkata:”kalaulah aku tidak takut kebaikanku berkurang,maka aku akan mengikuti
pola hidup kalian yang enak.”.
Pada dasarnya zuhud merupakan perpaduan sifat-sifat mulia
lainnya,yang ada pada diri seseorang antara lain:sabar,tawakal,syukur,qona’ah,wara(menjaukan
yang mubah dalam diri),dan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan hidup.dan
tujuan akhirat serta keridhoanNYA menjadi tujuan utama.ini di kisahkan oleh
ALLAH azza wa jalla tentang perihal nabi daud a.s:”dan kepada Daud kami karuniakan
(anak bernama)Sulaiman,dia adalah sebaik-baik hamba.sungguh dia sangat taat kepada tuhan.(ingatlah)ketika
di pertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat
waktu berlari pada waktu sore.maka dia berkata:”sesungguhnya aku menyukai segala barang yang baik(kuda)sehingga aku lalai
mengingat tuhanku,sampai kuda itu hilang dari pandangan.bawalah semua kuda itu
kembali kepadaku”lalu ia potong kaki dan leher kuda itu”.(Q.S.SAD :30-33)dan
rasululah sa.w. bersabda perihal zuhud ini dalam sabda nya:”jika aku
mempunyai emas sebesar gunung uhud,aku lebih senang jika emas itu tidak
menginap sampai tiga malam dan masih
tersisa di tempatku ,kecuali yang tersisa hanya untuk membayar hutang ”(Mutafaqun’alaihi/dari
shahabat Abu Hurairah r.a).dan dalam hadits lainnya:”rakusnya seseorang atas harta dan
kedudukan terhadap agamanya,lebih berbahaya dari rakusnya dua srigala lapar
yang di lepas di padang gembala.”(Thirmidzi/dari shahabat Ka’ab bin
Malik r.a)Dan perlu di ketahui bahwasanya sikap zuhud ini berdiri atas
keinginan untuk menghambakan diri seluruhnya kepada rabb ALLAH azza wa jalla. Sehingga
kita bisa melihat dan menapaki jalan para nabi dan rasul,serta para shahabat
seluruhnya.sebagaimana Ibnu Mas’ud r.a
berkata ketika di tanya perihal keutamaan para shahabat rasulullah s.a.w:”mereka lebih zuhud terhadap dunia dan
mencintai akhirat dari pada kalian.”(shifah ash-shafwah 1/428).akhirnya
shalawat serta salam terlimpah dan tercurah kepada penutup para nabi dan
rasul.panutan dan ikutan bagi seluruh manuisa rasulullah Muhammad s.a.w.serta
tak juga semoga keberkahan dan keridhoan ALLAH s.w.t.terlimpah kepada para
shahabat beliau s.a.w.seluruhnya,tabi’in,tabi’ut tabi’in dan orang-orang yang
berada di atas jalan mereka hingga akhir zaman.