xmlns= http://www.sitemaps.org/schemas/sitemap/0.9. Sitemap: http://example.com/sitemap_location.xml IBNUSALIMA: September 2014

Senin, 22 September 2014

ABU BAKAR AS-SHIDIQ MENANGIS?

www.arrahmah.comSearch Engine

Segala puji bagi ALLAH s.w.t yang telah menetapkan iman dan islam kepada siapa saja yang IA kehendaki.IA yang maha tinggi telah memberikan ketetapan dan kesempurnaan menurut kadar nya  .segala apa yang terjadi telah tertulis dan tercatat dan tak akan pernah bergeser sedikitpun dari apa yang telah IA takdirkan.
Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sakit parah beliau berkata: “Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami manusia”. Maka berkatalah Aisyah: “Ya Rasulullah sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang laki-laki yang amat perasa (mudah menangis). Bagaimana dia akan menggantikan kedudukanmu, dia tidak akan mampu untuk memimpin manusia”. Rasulullah berkata lagi: “Perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami manusia! Sesungguhnya kalian itu seperti saudara-saudaranya nabi Yusuf”. Abu Musa berkata: maka Abu Bakar pun mengimami shalat dalam keadaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam masih hidup. (HR. Bukhari Muslim dari Abu Musa al-asyari r.a).
 Maka ketahuilah bahwasanya shahabat mulia yang di muliakan ALLAH s.w.t dan rasulullah s.a.w yakni Abu bakar as-shidiq r.a menangis setiap dirinya membaca al-qur’an karena beliau seeorang yang sangat mengenal ALLAH dan rasulNYA..sehingga apa-apa yang ia dapati tidak lain adalah kebenaran yang sangat sempurna dari ALLAH yang maha memiliki kesempurnaan.karena diriNYA dan al-qur’an adalah suatu  kesatuan yang tidak dapat di pisahkan.karena al-qur’an adalah kalam(perkataan)NYA.di dalam tangisannya merupakan hikmah yang tidak dapat di bayangkan dan terfikirkan oleh batas-batas kemampuan makhluk untuk mencernanya.karena begitu tingginya rasa syukur beliau r.a kepada ALLAH yang maha mensyukuri dari semua perbuatan  serta keimanan seorang hamba kepada diriNYA.keyakinan beliau kepada ALLAH s.w.t dan rasulNYA Muhammad s.a.w adalah merupakan sebuah jati diri dari cermin kelembutanhati serta kecintaan seorang mukmin yang tinggi,hingga tak heran ia di gelari As-SHIDIQ(yang membenarkan)setiap apa-apa yang datang dan di bawa oleh rasulullah s.a.w. yang berupa wahyu dari dzat yang maha benar.hingga ia pernah berkata:”sungguh jika aku meninggalkan suatu sunnah rasulullah s.a.w yang  ku lakukan,maka aku akan sesat.”  
Baginya saat membacakan ayat-ayat suci al-qur’an hanya ada satu rasa dirinya dan ALLAH s.w.tseperti tiada pembatas.tingkatan ikhsan yang tinggi dan pengagungan kepada dzat yang maha agung yang tidak bisa di capai kecuali dengat ketundukan yang sangat dari seorang makhluk yang begitu kecil  dan fakir di hadapan dzat yang maha besar,yang tidak membutuhkan sedikitpun dari apa-apa yang di usahakan hambaNYA.sebagaiman yang rasulullah s.a.w  sabdakan tentang ikhsan  melalui hadits beliau s.a.w ketika berdialok langsung dengan malaikat jibril a.s yang panjang :”........kabarkan aku tentang ikhsan?’rasulullah s.a.w berkata”ikhasan adalah engkau beribadah kepada ALLAH  seakan engkau  melihatNYA,meski engkau tidak bisa melihatNYA.”(RIWAYAT  Muslim,dari shahabat ‘Umar bin Khathab r.a)
Dirinya (Abu bakar as-shidiq)yang sangat pandai yang dalam penanntian  datangnya khabar kebenaran seorang nabi dan rasul terakhir yang akan mengubah segalanya,dari kejahilan serta kedzoliman menjadi pengetahuan iman dan cahayanya.dari keterkungkungan hawa nafsu,keburukan diri serta jerat syaithan menuju ketenangan jiwa serta pengharapan keridhoan dari dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang.sebagaimana firmaNYA:”wahai jiwa-jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu denganke ridhoiNYA.maka masuklah kedalam golongan hamba-hambaKU.dan masuklah kedalam surgaKU,;.(Q.S Al-Fajr 27-30).
Demikianlah sekilas tentang  tangisan Abu Bakar AS-Shidq r.a yang penulis ketahui,ALLAHU ta’ala ‘alam.
Shalawat serta salam terlimpah dan tercurah kepada nabi dan rasul akhir zaman,panutan dan ikutan bagi seluruh makhluk Muhammad  s.a.w.tak lupa pula rahmat dan salam kepada para shahabat  beliau s.a.w seluruhnya juga kepada orang-orang yang mengitinya hingga akhir zaman.