xmlns= http://www.sitemaps.org/schemas/sitemap/0.9. Sitemap: http://example.com/sitemap_location.xml IBNUSALIMA: MENYINGKAPI TAKDIR

Kamis, 21 April 2016

MENYINGKAPI TAKDIR

Segala puji milik ALLAH yang di tanganNYA segala urusan terlaksana.DIA lah yang maha adil yang telah menetapkan kebaikan dan keburukkan pada tempatnya,dan takkan mungkin di rubah oleh segala sesuatupun juga.dengan kehendakNYA pulalah segala sesuatunya terjadi.serta dengan se izinNYA jualah keburukkan tak terwujud.shalawat serta salam terlimpah dan tercurah kepada penutup para nabi dan rasul Muhammad bin Abdillah s.a.w.serta keridhoanNYA senantiasa bersama shahabat beliau s.a.w seluruhnya.dan petunjuk serta keselamatan senantiasa bersama orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman.
    Takdir baik ataupun buruk merupakan fenomena di mana seluruh penghuni bumi pasti akan melaluinya;baik suka ataupun tidak,menerima dengan jiwa- hati- lisan maupun perbuatan ataupun membencinya -diam-mengkufurinya adalah ketetapan yang mutlak dariNYA.
dan tidaklah seseorang di katakan beriman sebelum ia meyakini perihal ini,sebagaimana yang rasulullah sabdakan dalam sebuah hadits yang di riwayatkan dari jalan shahabat.....
Dalam kesenangan yang di mana manusia berlomba-lomba mencarinya; baik terencana maupun tidak,berusaha ataupun hanya duduk diam mereka pasti akan mendapatkannya dengan tidak sedikitpun berkurang jika ALLAH yang maha kaya telah menetapkannya.begitupun sebaliknya dengan sekuat apapun usaha yang telah di lakukan apalagi dengan diam berpangku tangan jika keberhasilan tidak menyapa maka ia tidak mendapatkannya.itupun atas kehendakNYA karena DIA yang maha kaya dan maha pemberi rizki mutlak memberi keputusan.di sini di perlukan ketawakalan serta keimanan hanya tertuju kepadaNYA,karena jika tidak maka seseorang akan masuk kepada kekufuran kepadaNYA sebagaimana firmanNYA:"maka apabila manusia di timpa kesusahan maka ia menyeru kepada kami,kemudian jika berikan nikmat kami kepadanya maka ia berkata'sesungguhnya aku di beri nikmat ini hanyalah dari pemikiranku'.sebenarnya itu adalah ujian,tetapikebanyakan mereka tidak mengetahui"(q.s az-zumar 49).).dan firnanNYA yang lain :"boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu ,padahal itu baik bagimu.dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu ia tidak baik bagimu.ALLAH mengetehui sedang kamu tidak mengetahui".(Q.S Al-Baqarah 216).dan firmanNYA yang lain:."dan tidaklah mereka mengetahui bahwasanya ALLAH melapangkan rezki bagi siapa yang DIA kehendaki  dan membatasi bagi siapa yang DIA kehendaki"..(Q.S Az-Zumar.52).dan dalam hal ini rasulullah s.a.w bersabda dari shahabat Jabir bin Samurah r.a ia berkata rasulullah s.a.w bersabda:"ada tiga hal yang aku takutkan dari umatku;meminta hujan dengan bantuan bintang di langit,ke dzaliman pemimpin,dan mendustai takdir."(Ahmad,Abu Ya'la, ath-thrabani/shahih oleh al-albani dalam silsilah hadits ash-shahihah 1127)dalam hal rizki memang bukanlah sesuatu yang dapat di pastikan oleh akal maupun hati,meski dalam beberapa hal sebut saja seseorang yang di berikan gaji perminggu ataupun perbulan mengira bahwasanya itu rizki mati artinya telah tetap dan takkan berubah untuknya tanpa bertambah maupun berkurang.mengapa demikian..?ya karena ia tidak mengetahui takdir berikutnya,artinya apakah ia akan mendapatkan suatu rizki tambahan dengan usaha sampingan atau dalam bentuk lainnya,ataupun dengan sesuatu yang menghantarkan  rizki serta jalan-jalannya.namun hendaknya ia tidak berdiam diri ataupun berputus asa.sebagaimana yang ALLAH azza wa jalla khabarkan:"; dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"
(Yusuf: 87).
Maka ketahuilah sesuatu pemikiran ataupun yang membuat seseorang ragu adalah halangan adanya.dan jika ketentuanNYA di tetapkan dengan keadaan"jikalau"sedang kehendak yang baik tidak di kerjakan dengan atau tanpa kata"tapi"maka kebaikan dan keberhasilan laksana  naik menguap hilang tanpa bekas.adapun kebaikan yang di lakukan dengan atau tanpa hasil"di dunia"maka ketentuan mutlak dariNYA adalah lebih baik.
dan ingatlah rizki itu bukanlah mutlak hanya kerja keras belaka,ataupun mutlak hanya dengan pengharapan ataupun doa serta ibadah semata tanpa usaha untk mendapatkannya.mengapa demikian..?ya...karena ALLAH menciptaklan segala sesuatunya dengan sangat terencana,begitupun dalam hal rizki serta jalan-jalannya.rasulullah s.a.w  saja dengan keluarga beliau hanya makan kecuali hanya3 butir kurma dalam sehari selama 3 hari karena beliau s.a.w tidak sempat berusaha untuk mencari penghidupan dikarenakan beliau s.a.w sibuk mengurusi umat,dengan turunnya wahyu.lantas bagaimana dengan selain beliau s.a.w yang bukan nabi dan rasul...?.dan lam hal rizki ini pula tidaklah habis ataupun bertambah serta berkurang kecuali apa yang telah ALLAH sang maha kaya dan maha pemberi rizki telah menetapkan untuk setiap makhlukNYA,sebagaimana yang rasulullah s.a.w sabdakan dlam sebuah hadits:"seseorang akan di ikuti rizkinya sebagaimana ia akan di ikuti ajalnya."(.....).Dan ketahuilah jika semua keinginan terlaksana,maka seseorang yang beranggapan seperti ini telah menyangka bahwasanya DIA lah ALLAH yang tidak memiliki sifat Al-QADIR(yang maha menetapkan[taqdir}).sehingga IA s.w.t mengabarkan melalui lisan rasulNYA Muhammmad s.a.w dengan sabdanya:"jika semua keinginan manusia itu di ikuti maka ia akan menunut darah."(....)
Dan dalam segala bentuk apapun manusia di haruskan mencari jalan untuk kebaikan dirinya.sebagaimana yang ALLAH perintahkan:"dan tidaklah ALLAH merubah suatu kaum sebelum kaum itu merubah diri-diri mereka."(Q.S.Ar-Raad 11.).dan dalam satu atau beberapa perkara manusia di anjurkan untuk melakukan ijtihad ataupun berfikir mengambil keputusan untuk ataupun dalam menyingkapi suatu keadaan/takdir yang ada,.artinya jika dalam satu atau lebih keadaan di mana tidak memungkinkan seseorang berdiri dalam kebaikan ataupun kebenaran,maka ia dapat berpindah ataupun memelih cara ataupun ke adaan lainnya sehingga ia bisa terhindar dari keadaan yang menyusahkan maupun menyesatkan,sebagaimana yang telah di contohkan oleh shahabat yang mulia yakni Khalifah Umar bin khattab, suatu ketika, pernah mau berkunjung ke Syam ( Yordania, Palestina, Suriah dan sekitarnya). pada saat itu di Syam sedang berjangkit penyakit menular, lalu Umar membatalkan rencananya tersebut. pembatalan tersebut didengar oleh seorang sahabatnya yang kemudian berkata : “Apakah anda mau lari dari takdir Allah ?”. Umar pun menjawab: “Aku lari dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain yang lebih baik”.
Hal senada itu juga dialami oleh Ali bin Abi Thalib, ketika beliau sedang duduk menyandar pada sebuah tembok yang ternyata rapuh, lalu beliau pindah ke tempat yang lain, sahabatnya bertanya : “Apakah anda mau lari dari takdir Allah?”. Ali menjawab bahwa rubuhnya tembok, berjangkitnya penyakit dan sebagainya adalah hukum dan Sunnatullah. Maka apabila seseorang tidak menghindarinya maka ia akan mendapatkan bahayanya itu. itulah yang di namakan takdir. dan apabila ia berusaha menghindar dan luput dari bahayanya, itu juga disebut dengan takdir. bukankah tuhan telah menganugrahkan manusia, kemampuan memilah dan memilih, dan kemampuan berusaha dan berikhtiyar. Kemampuan itu juga takdir yang telah ditetapkan-Nya"
Namun apapun yang akan terjadi nantinya ia akan tetap berada dalam keadaan tawaqal kepada ALLAH azza wa jalla karena IA telah mengingatkan dalam sebuah firmanNYA::"dan apabila manusia di timpa bencana. dia menyeru kami.kemudian ketika  berikan nikmat kami kepadanya, dia berkata;'sesungguhnya kami di beri nikmat ini hanyalah karena kepintaran ku.ssebenarnya itu adalah ujian tetapi kebanyakan merekatidak mengetahui."(Q.S AzZumar 49). kemudian firmanNYA yang lain:"dan sungguh apabila kami merasakan kepada manusia suatu rahmat dari kami,dia menyambutnya dengan gembira.tetapi jika mereka di timpa kesusahan karena perbuatan tangan mereka sendiri(niscaya mereka ingkar)sungguh manusia itu sangat ingkar." Q.S ASY-SYURA 48)  (serta rasulullah s.a.w pun rtelah mengajarkan doa dalam perihal ini dengan sabda beliau s.a.w:.Dari Aisyah, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah mengucapkan Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat[segala puji bagi ALLAH dengan nikmat yang telah di berikanNYA untuk sesuatu amal yang baik.}”. Sedangkan jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan “Alhamdulillah ‘ala kulli hal[segala puji milik ALLAH dalam setiap keadaan]“” [HR Ibnu Majah no 3803 dinilai hasan oleh al Albani]..
takdir mencakup dalam segala hal kehidupan dalam bentuk apapun besar kecil perkara.dalam hal pencaian petunjuk berupa ilmu serta apa yang menjadi bagiannya.ada jenis manusia yang ia sendiri belum sanggup dalam satu ataupun beberapa jenis cabang ilmu.dalam satu sisi ia menolak ilmu itu baik berupa al-quran maupun hadits rasulullah s.a.w serta keterangan yang nyata dari umat terdahulu yakni para shahabat rasulullah s.a.w.serta orang-orang yang mengikuti mereka ,karena kebodohan dan kesombongan,lalu ia memilih jalan yang menyimpang dari kaidah ilmu,yang ada.maka jadilah ia sesat dan bahkan menyesatkan.sebagaimana yang ALLAH s.w.t beritakan dalam Q.S.Al-Hajj8-9 yang artinya:"dan ada di antara manusia ada yang berbantahan tentang ALLAH tanpa ilmu,tanpa petunjuk dan tanpa kitab(wahyu)yang memberi penerangan.sambil memalingkan lambungnya(dengan congkak)untuk menyesatkan manusia dari jalan ALLAH.dan dia mendapat kehinaan di dunia,dan pada hari kiamat kami berikan kepadanya rasa azab neraka yang membakar."serta rasulullah s.a.w bersabda:
dari Hisyam bin Ammar.telah meriwayatkan sebuah hadits kapada kami dari shadaqah bin Khalid dari Ibnu Jabir,bahwasanya An-Nuwas Bin Sam’an.Al-Kalabi bercerita kepada saya bahwasanya ia telah berkata;’saya telah mendengar rasulullah s.a.w bersabda:”tidak ada hati kecuali hati tersebut berada di antara dua jari- jemari RABB yang maha pengasih..apabila ALLAH menghendaki,maka DIA meluruskannya.dan apabila DIA menghendaki,maka DIA akan menyesatkannya." (shahih berdasar syatar bukhari.riwayat;ibnu Majjah.Ahmad,Ibnu Hibban,AL-Hakim).
Dan lebih parah lagi di mana zaman telah terselimuti fitnah di sebabkan perbuatan tangan manusia itu sendiri,di ruang lingkup takdir buruk yang telah IA tetapkan sebagaimana yang IA azza wa jalla firmankan:"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura : 30) dari ber bagai macam dosa dan perbuatan tangan manusia itu di antaranya  sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadits:"jika perzinahan dan riba telah merebak di suatu kaum,maka mereka telah menghalalkan azab untuk diri mereka sendiri."(Al-Hakim..).dan ALLAH pun telah mengabarkan perihal ini:"(HUD....)sehingga yang bodoh semakin bingung,begitupun yang mengetahui akan ikut masuk kedalamnya.sebagaimana takdir yang telah IA tetapkan,lalu ia khabarkan melalui lisan rasulNYA yang mulia Muhamma s.a.w dalam beberapa hadits di antaranya...
Fitnah inipun merupakan bentuk dari beberapa ujian yang ALLAH telah telah tetapkan kepada mereka yang ingin kembali dan berada di jalanNYA,dan azab bagi orang-orang yang membangkang ataupun tidak ingin menjalankan perintahNYA,sebagaimana takdir yang sedang dan akan terjadi,tersimpan beberapa pilihan tergantung sang objek itu sendiri,di mana ia akan sandarkan pilihannya ;'sabar karena ia tahu bahwa ia berada dalam ujian,marah yang akan membawanya kepada dua ketentuan[berdosa karena kemarahannya atau marah sebagaimana marahnya U'mar bin khatthab r.a],atau ia memilih kesenangan semu sebagai istidraj,atau hanya sebatas lupa,atau ia memilih sebuah hikmah yang mungkin datang kemudian,serta hadirnya ilmu dari keduanya(hikmah dan ilmu) yakni al-qur'an dan sunnah rasulullah s.a.w .
Maka ketahuilah ada satu ke adaan di mana seseorang berada dalam ketentuanNYA,yang ia sendiri tidak mengetahui kemana hati dan diri harus diletakkan(tiada beban mengganjal atau di keadaan letih) kemudian di hadapkan kepada keburukkan ketika hawa nafsunya terusik oleh syaithan,namun pada sisi lain datang pula kebenaran kepadanya seperti yang terjadi pada zaman nabi Musa a.s yang ALLAH s.a.w khabarkan dalam firmanNYA: Q.S Al-A'RAAF138-140.yang artinya:".Ketika Musa dengan Bani Israil melewati laut, dan Allah telah menenggelamkan musuh mereka di laut tersebut dan saat itu mereka melihatnya, mereka melewati kaum yang tetap menyembah berhala, maka mereka berkata kepada Musa “Buatkan untuk kami Tuhan, sebagaimana mereka memiliki tuhan” Musa berkata “Sesungguhnya kalian adalah kaum yang jahil”  Kemudian Musa mengingkari mereka kemudian berkata “Sesungguhnya mereka akan dihancurkan oleh apa yang dianutnya” Dan akan sia sia apa yang telah mereka kerjakan”  Karena merupakan kesyirikan “Musa berkata : apakah pantas aku mencari tuhan untukmu selain Allah padahal dia telah melebihkan kalian atas segala ummat?"ini pun terjadi pada para shahabat rasulullah s.a.w(masa peperangan)ketika mereka melewati tempat kaum musyrikinyang mereka kaum musyrikin menggantungkan senjata-senjata mereka pada sebuah pohon yang di sebut zatu anwat.sebagaimana hadits.di ri wayatkan dari jalan shahabat Abu Waqid al-Laitsi r.a bahwa ia berkata'Kami pergi bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Hunain dan kami adalah orang yang baru masuk Islam. Orang-orang musyrik memiliki pohon Sidrah, mereka i’tikaf padanya dan menggantungkan pedang-pedang mereka di atas pohon itu, yang disebut pohon Dzaatu Anwat. Pada suatu hari kami melewati sebuah sidrah (pohon bidara) tersebut dan kami berkata: “Wahai Rasulullah, buatkanlah (tentukan) buat kami pohon tempat menggantung pedang-pedang kami sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwat.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allahu Akbar, sesungguhnya ini jalan orang-orang sebelum kalian dan demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya (ucapan ini) sebagaimana ucapan bani Israil kepada Nabi Musa: ‘Buatkanlah untuk kami satu sesembahan (selain Allah) sebagaimana mereka memiliki sesembahan-sesembahan!’ Musa menjawab: ‘Sesungguhnya kalian adalah kaum yang jahil.’ (Al-A’raf: 138). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian benar-benar akan mengikuti langkah orang-orang sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi no. 2180 dan beliau mengatakan hadits ini hasan shahih)..
maka hendaknya seseorang yang mengalami keadaan ini hendaknya ia mengambil kebenaran dengan segera maupun perlahan dengan tidak memperdulikan keburukkan tersebut meski terasa dalam diri berada dalam kehinaan maupun keresahaan di karenakan pergolakan melawan hawa nafsu tersebut.
Jika dalam keadaan yang seperti ini dan di mana /pada zaman apa kita hidup(tentunya dari [pengabaran yang rasulullah s.a.w telah ceritakan) haruslah seorang mukmin dan muslim mengajak keluarganya(jikalau sanggup) untuk menjaga dirinya dari terpaan fitnah yang melanda dengan berpegang dengan al-qur'an serta sunnah rasulullah s.a.w,dengan mengamalkan berbagai macam doa yang telah di ajarkan di antaranya:"'audzubillahi ......'sami,il alim...dan doa:allahumma innie asaluka fi'lal khairan wa tarkan munkaran wa hubba masakini ......dan dengan rahmat serta karunuiaNYA pula kita lepas dari berbagai macam fitnah,karena DIA lah yang maha pemberi keselamatan.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar